Objek Penderita: Politik dan dunia yang absurd
Kemarin, 08 Desember 2010 di Kampus Paramadina, kawasan Sudirman diadakan perkuliahan kampus seperti biasanya tepat jam 7 malam dan dimulai dengan persentasi yang baik sekali oleh Pak Abraham dan Mbak Diana. Kali ini membahas mengenai Persuasive Campaign and Movement. Cukup menarik karena banyak sekali membahas mengenai Dunia perpolitikan alam semesta, Indonesia dan termasuk Negara poros dunia, United States of America. Yah, saya tidak terlalu tertarik dengan politik sebenarnya karena licik dan absurd. "You, jadi orang mau untung masuk dunia politik saja!" seorang toke penjual baju anak-anak pernah kasi tau saya soal pendapatnya itu. Saya cukup tau sebenarnya seperti apa dunia tersebut. Saya pernah melaluinya beberapa bulan. Saya dihadapi lagi dengan pembahasan kasusnya kali ini. Tapi untungnya sebagai bahasan mata kuliah saja.
KACAMUKA ORANG BIASA YANG TIDAK BIASA DALAM POLITIK
Berbicara kampanye, seorang kandidat harus menjalani 5 stage development model terlebih dahulu. Identifikasi siapa kandidatnya, apa yang dia perjuangkan, tentukan bentuk (identitas). Legitimasi kampanye calon kandidat supaya ada respon yang serius dari para pemilih. Create participation untuk melipat gandakan dukungan. Mencapai penetrasi dan membangun mesin penghangat di dalam pribadi pendukung (supaya pendukung tidak lari) :p, dan ketika ini sudah pada election stage, otomatis akan menjadi Distribusi atau reward kepada para pendukung sesuai dengan "Janji-janji" >>> saya selalu bersikap sinis dengan kata "Janji-Janji tinggal Janji semua ini hanya Mimpi" :)) <<<
Apa yang terjadi ketika si Kandidat terpilih? Mereka harus membayar reward tersebut supaya ke 5 stage developing tersebut terpenuhi. Ini sekedar aplikasi. Kalau tidak? Aplikasi yang tidak terpenuhi, akan menyebabkan kemarahan dan kekecewaan. Walaupun sebenarnya "kemenangan" kandidat sudah menjadi reward untuk para pemilih. Tidak banyak pemilih yang "Setia", pemilih "Kini" lebih kritis. Bukan memilih karena suka dengan Citra-nya, Dinasti-nya, Pendidikan-nya, tetapi memilih karena "Janji" kandidat adalah masa depan Indonesia dan solusi dari berbagai jenis masalah.
Ada perdebatan di kelas pada saat itu mengenai Reward itu adalah Kemenangan. Salah seorang mahasiswa mengatakan "inilah Politik, tipikal pemilih sekarang adalah idealis. kan tidak semua janji-janji tidak dilakukan. karena banyak hal yang harus dikerjakan, proses juga akan lama". Ada benarnya, tapi bentuk real dari reward adalah pembayaran hutang kandidat akan janji, bukan kemenangan dan pergi begitu saja. Mungkin mahasiswa ini tipikal pemilih yang idealis. Nurut, nerimo, duduk dibelakang si "Beliau" dan manut-manut.. Saya memilih untuk tidak mewajarkan "inilah politik". Seperti balon yang bermain di tumpukan jerami, Setelah menimbun banyak udara di dalam tubuhnya, ia di tusuk-tusuk supaya udaranya keluar. :p >>>saya tidak pandai berpepatah saudaraku :))<<< Sudah cukup menderita rasanya Indonesia dengan janji-janji.
Tidak akan pernah selesai kalo membicarakan si objek penderita ini (politik)
PUSING SAYA!!! :))
Yah, apapun bentuk, istilah dan warnanya, cukup tidak bermulut besar karena sepanjang hidup akan penuh hutang-hutang yang tidak pernah terbayarkan. Aw, takut :p
Komentar
Posting Komentar